Alasan? Setiap daripada kita pasti tidak terlepas untuk beralasan.
Walau apa sebab sekalipun, alasan diberi untuk tidak menunaikan janji atau menangguhkan sesuatu. Anak2 kecil pun bijak memberi alasan untuk melarikan diri dari hukuman atau paling tidak sebagai pelindung daripada kemarahan ibubapa.
Tapi kita yang bertambah dewasa ini, wajarkah kita beralasan pada sesuatu yang tidak masuk akal? Atau lebih tepat, alasan yang boleh dicurigai dan disoalbalik. Hendak 1000 daya, tak hendak 1000 dalih. Mau atau tak mau. Dua benda yang berbezakan antara baik dan buruk, dosa dan pahala.
Tegakah kita beralasan 'yang tak hendak 1000 dalih' kepada tanggungjawab sendiri? Atau kita sering beralasan untuk lari dari tanggungjawab? Paling tidak, alasan sibuk menjadi senjata paling kuat untuk melalaikan kewajiban kita kepada Dia dan orang2 sekeliling. Lebih2 lagi kepada mereka yang kita
panggil ibu dan bapa.
Kadang2 kita kata kita sibuk (sibuk = sehingga kita abaikan keperluan sendiri?), sedangkan bila ada sedikit kelapangan, kita tidak menggunakannya sebaik mungkin. Lalu kita gunakan pula urusan peribadi, urusan rumah tangga sebagai alasan untuk melepaskan tanggungjawab kita kepada orang lain. Adilkah begitu?
Tanya diri, mau atau tak mau. Kita sendiri yang ada jawabannya. Jika kita ada 1001 alasan untuk menjaga kebajikan keluarga sendiri, tentunya Allah juga ada alasan tersendiri mengapa kita tak henti2 menjadi sibuk dan tidak dapat merasai nikmatnya kelapangan biarpun sedetik!
0 comments:
Post a Comment